alifeanddeathconversation.com
Kehidupan dan kematian bagi semua makhluk hidup merupakan starting point dan garis finish bagi keberadaannya di dunia ini. Meskipun mayoritas orang berpendapat tidak ada korelasi yang signifikan antara kehidupan dan kematian, namun bukti ilmiah menegaskan adanya korelasi ini.
Hidup atau kehidupan ini, mengandung arti adanya suatu ‘energi’
yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan suatu aktifitas tertentu,
melalui berbagai proses interaktif yang dinamis. Karenanya, kehidupan
itu sendiri merupakan makhluk hidup yang berdiri sendiri. Memiliki
sifat, ciri dan fungsi yang telah ditentukan waktu permulaan dan
akhirnya.
Sebagaimana kehidupan ini juga merupakan rangkaian dari dinamika
perubahan yang akan berakhir dengan terhentinya aktifitas kehidupan,
karena adanya ‘energi’ lawan yang memiliki kekuatan yang lebih
dibandingkan kekuatan ‘kehidupannya'. Energi yang kami maksud adalah
‘kematian’.
Karenanya, kematian sebenarnya tidak eksis karena atau untuk
dirinya sendiri (lidzaatihi) tanpa memiliki fungsi lain. Dan berdasarkan
hal itu, penelitian ilmiah yang dilakukan para ilmuwan, telah diarahkan
untuk meneliti sebab-sebab terhentinya fungsi sebagian sel-sel yang
terdapat dalam tubuh. Atau dengan kata lain, meneliti kematian sel-sel
tersebut.
Bagi kami, kenyataan ini, memberikan gambaran sebenarnya, bahwa
‘kematian’ sesungguhnya merupakan makhluk hidup yang nyata-nyata ada.
Dan dia ada karena ada sebab-sebab yang mengakibatkannya ada.
Sebagaimana ‘hidup atau kehidupan’ merupakan makhluk hidup yang ada
karena sebab yang mengakibatkannya ada.
Maksud dari apa yang kami katakan: ‘kematian dan kehidupan ada
karena adanya sebab yang mengakibatkannya ada’ adalah pernyataan bahwa
‘sebab’ yang mengakibatkan sesuatu ada terdapat dalam genggaman
kekuasaan Yang Maha Pencipta, yaitu Allah. Yang memiliki kehendak bebas
untuk menciptakan, atau tidak menciptakan sebab itu, atau untuk
menambahkan satu sebab ke dalam sebab yang lain.
Dan sekiranya, penelitian fisiologi atas sel-sel membuktikan bahwa
kehidupan dan kematian merupakan makhluk hidup yang nyata-nyata ada.
Maka tentu adanya masing-masing kehidupan dan kematian ini, menunjukkan
bahwa keduanya merupakan makhluk yang diciptakan.
Dan kalau kita perhatikan ayat Alquran, maka kita akan
mendapatkannya telah mendahului penelitian di atas selama kurang lebih
14 abad lamanya.
Allah SWT dalam surah Al-Mulk ayat 2 berfirman:
"Yang menjadikan maut dan hidup."
Penggabungan kata ‘maut’ dan ‘hidup’ menunjukkan bahwa keduanya
merupakan dua makhluk yang saling terkait. Karena kematian akan ada,
jika ada kehidupan. Sebagaimana kematian juga merupakan unsur penting
bagi kelangsungan ‘kehidupan’.
Sel-sel tubuh manusia yang mati akan larut menjadi unsur-unsur
pembentuk sel dan kembali ke bumi (tanah), untuk diserap kembali melalui
tumbuh-tumbuhan yang dimakannya. Sebagaimana unsur-unsur ini juga
diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan demi kelangsungan kehidupannya.
Kalau kita perhatikan kehidupan di alam semesta ini, kita juga akan
mendapatkan bagaimana makhluk hidup yang mati dan menjadi bangkai,
dijadikan makanan bagi makhluk hidup lainnya, yang dalam ilmu biologi
disebut sebagai ‘makhluk pemakan bangkai’.
Sekiranya tidak ada makhluk hidup yang mati, maka makhluk pemakan bangkai ini akan musnah dan ekosistem yang mengatur kehidupan pun akan ikut rusak dan terganggu.
Sekiranya tidak ada makhluk hidup yang mati, maka makhluk pemakan bangkai ini akan musnah dan ekosistem yang mengatur kehidupan pun akan ikut rusak dan terganggu.
Makhluk pemakan bangkai ini, tidak hanya terdapat di dunia luar,
tetapi terdapat juga di dalam tubuh berupa sel yang mendapatkan
makanannya dari zat-zat yang rusak atau mati yang ada dalam jaringan
sel. Contohnya adalah ‘sel darah pencerna’ (kholayaa dam
al-ibtilaa-iyyah) yang termasuk jenis amuba (atau binatang bersel satu)
yang memakan zat-zat yang sudah rusak dan mati yang terdapat pada sel
atau jaringan sel.
fashionlifeja.wordpress.com
Seandainya tidak terdapat zat-zat yang rusak ini, tentunya ‘sel darah pencerna’ itu akan mati. Karenanya ‘kematian’ bagi ‘sel darah pencerna’ merupakan sesuatu yang seharusnya terjadi, demi kelangsungan hidupnya.
Demikianlah, kita dapat menemukan ‘kehidupan’ yang lahir dari
puing-puing ‘kematian’. Maksud kami, lahirnya beberapa makhluk hidup
yang berasal dari dalam benda mati. Sebagai contoh adalah keluarnya
janin binatang yang bertelur dari kulit telur yang keras dan mati. Atau
keluarnya cabang akar dan bulu ketika biji-bijian mulai tumbuh menembus
kulit biji yang mati dan keras.
Keluarnya makhluk hidup dari benda mati ini, tidak berarti bahwa ia
diciptakan dari benda mati. Akan tetapi maksudnya adalah, kemampuan
makhluk hidup tersebut untuk melanjutkan pertumbuhannya meskipun ia
dikelilingi benda mati yang keras yang dapat mencegah pertumbuhannya.
Yaitu, melalui proses ‘usaha’, dengan mengeluarkan berbagai enzym yang
dapat melarutkan dinding-dinding keras dari benda mati yang
menghalanginya.
Sebaliknya, benda-benda mati pun bisa keluar dan dihasilkan dari
makhluk hidup. Contohnya adalah getah yang dikeluarkan oleh sebagian
tumbuh-tumbuhan melalui pori-pori daunnya atau batangnya. Atau sisa-sisa
pencernaan makanan dari makhluk hidup yang berupa kotoran-kotoran, baik
kotoran manusia ataupun kotoran binatang.
Karena itu, kita bisa mengatakan bahwa proses keluarnya makhluk
hidup dari benda mati atau proses keluarnya benda mati dari makhluk
hidup, bukan sekadar fenomena biasa, tapi di balik itu menggambarkan
peredaran kehidupan yang menakjubkan. Cairan sebagai benda mati,
merupakan unsur terpenting bagi pembentukan dan perkembangan berbagai
makhluk hidup.
Dan dari aktifitas makhluk hidup itu keluar cairan yang merupakan
benda mati. Cara pengungkapan yang paling detail bagi peredaran
kehidupan ini adalah kata ‘keluar’ (khuruuj) yang mempunyai arti bahwa
pembentukan benda yang keluar (al-Khaarij) terkait dan tergantung kepada
unsur dari mana ia keluar, meskipun tidak secara keseluruhan dan
terbatas pada sebab yang mengeluarkannya saja.
Dan itu berbeda dengan ‘penciptaan’ atau al-khalq, yang mengandung
arti mengadakan dari sesuatu yang sebelumnya tidak ada. Hal ini,
sebagaimana yang kita dapatkan dalam Alquran, surah Ar-Ruum ayat 19.
Allah SWT berfirman:
"Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup."
Selanjutnya perlu kami jelaskan tentang perbedaan antara tiga hal berikut ini, yaitu:
- 1. Hakikat kehidupan (Maahiyatul hayaat) yang mengandung arti kehidupan sebagai hasil penciptaan.
- 2. Sebab kehidupan (Asbaabul hayaat), yang mengandung arti proses-proses yang mengakibatkan adanya penciptaan.
- 3. Rahasia kehidupan (Sirrul hayaat), yang mengandung arti Sesuatu yang memberi kehidupan pada penciptaan. Yaitu ruh.
Jika kita memiliki kemampuan untuk mengetahui hakikat penciptaan
kehidupan dan sebab-sebabnya, maka akal kita tidak akan mampu untuk
mengetahui hakikat rahasia kehidupan ‘ruh’, yang memberikan ‘sifat
hidup’ bagi segala sesuatu. Bahkan kita tidak akan mampu untuk memahami
bagaimana kehidupan ini terwujud dengan adanya ‘ruh’ dan berakhir dengan
keluarnya ‘ruh’.
Sebagai bukti, kita tidak mempunyai kemampuan untuk memahami cara
perubahan benda mati, seperti tongkat yang dimiliki Nabi Musa yang
berubah menjadi benda hidup dalam bentuk ular yang merayap.
Tentang hal ini, Alquran secara global memberikan petunjuknya dalam surah Al-Israa ayat 85. Allah SWT berfirman:
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit."
(Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Alquran dan Sunnah)
0 komentar:
Posting Komentar
WAJIB:
1. Pembaca yang budiman silahkan komentar disini dan saling klik/follow 'g+1' dan google plus ini akan bermanfaat untuk anda dalam membantu blog anda dan saya untuk meningkatkan traffic visitor+dollar adsense+backlink (PASTI)
2. Silahkan Masuk ke link ini Tukaran Link untuk saling tukar link
3. Berkomentarlah yang sopan , tidak mengandung SARA dan di larang NYEPAM atau memberi link aktif, semua komentar yang melanggar akan di hapus segera
4. DI LARANG COPAS TANPA MENYERTAKAN SUMBERNYA !!!