Kepribadian Soekarno

Orang tentu tahu siapa Rosihan Anwar (alm), wartawan kawakan yang pernah memimpin Harian "Pedoman." Namun orang tentu tahu juga siapa wartawati yang banyak ikut andil di harian tersebut.Namanya tak asing lagi Dewi Asiah yang kemudian setelah menikah dengan Letjen (Purn) Rais Abin, namanya menjadi Dewi.A.Rais Abin.

Hari Selasa, 17 September 2013, saya menyempatkan diri berdialog dengan Ibu Dewi yang kini sudah berusia 80 tahun, lahir di Banjar, Jawa Barat tahun 1933. Beliau masih segar dan selalu humoris ketika berbicang-bincang sekitar pengalamannya menjadi wartawan di Harian "Pedoman," dan "Api Pantjasila." Gambar yang terpampang di halaman ini merupakan cover bukunya berjudul,"Asam Manis,"terbitan Pustaka Raisa, 1975. Oleh karena itu jangan bandingkan wajah di tahun-tahun itu dengan wajah sekarang. Yang perlu digarisbawahi, pembawaannya tetap supel dan masih terlihat raut-raut kecantikan di wajahnya.

Ia juga adalah seorang penyair dan novelis."Hati yang Manja," merupakan buku kumpulan puisinya yang diberi kata pengantar oleh penyair terkenal kita Sapardi Djoko Damono. Sementara novelnya berjudul:"Yang Teretsa dan Yang Tersisa."

Suatu ketika, ayah saya, ujarnya "Letnan Jenderal (Purn) Hidayat Martaatmadja, yang dalam kabinet terakhir Presiden Soekarno menjabat Menteri Perhubungan Darat, Telekomunikasi dan Pariwisata, datang ke rumah. Ayah mengatakan bahwa Presiden Soekarno menegurnya dalam bahasa Belanda,'Hidayat, laat jouw stiefdochter geen allerlei onzin schrijven,'(Hidayat, suruh anak tirimu jangan menulis pelbagai onzin/tak berguna).

Pada kesempatan lain saya memperoleh undangan ke Istana Bogor menghadiri "Malam Keroncong."Saya mengajak Ktut Tantri penulis buku:"Revolt in Paradise." Di acara itu saya sempat berkata kepada Presiden Soekarno:"Terimakasih Bapak, atas teguran yang disampaikan melalui ayah saya, Hidayat. Namun saya ingin menyampaikan sesuatu: hendaknya Bapak tidak menyebut Hidayat ayah tiri saya. Sebab selama saya ingat ia adalah satu-satunya ayah yang saya kenal, terimakasih."

"Presiden Soekarno terdiam sejurus. Lalu beliau menatap mata saya dan mengangguk. Dari anggukan itu tercermin bahwa beliau memahami keberatan yang saya sampaikan tadi.Presiden Soekarno ternyata pribadi yang sportif."